Ustadz Abu Minhal

Bismillahirrohmannirrohim

Termasuk bagian ideology tarekat sufi, komitmen mereka dengan dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang telah diciptakan dan ditetapkan oleh para pemimpin mereka. Selanjutnya para jama’ah golongan ini terikat untuk membaca dan mengamalkan ketentuan internal tersebut yang sayangnya tidak pernah dibawah oleh Rasullah shalallahu’alaihi wasallam.

DZIKIR PALING AFDHAL MENURUT GOLONGAN SUFI

Dalam kamus ajaran Sufi, terdapat pengklasifikasian dzikir menjadi tiga jenis: Dzikir ‘Ammah (Dzikir Orang Umum), Dzikir Khash (Dzikir Orang Khusus), Dzikir Khashssatil Khashshah (Dzikir orang-orang paling utama). Anehnya dzikir yang diajarkan oleh Rasullah shalallahu’alaihi wasallam. Justru mereka kategorikan dalam jenis dzikir pertama (dzikir ‘ammah) yang merupakan tingkatan dzikir paling rendah dalam pandangan mereka. Dzikir yang dimaksud ialah ucapan Laa Ilaahaillah. Level Dzikir kedua, berdzikir dengan isim mufrad (nama tunggal) yaitu dengan mengulang-ulang Lafzhul Jalaalah (Allah, Allah..)1. Sedangkan tingkat tertinggi dalam berdzikir menurut mereka, mengulang-ulang kata huwa (dibaca hu..hu..hu) yang merupakan isim dhamir (kata ganti ketiga tunggal) dari lafzhul jalalah (Allah) yang artinya Dia.2

Demikianlah tiga tingkatan dzikir yang mereka miliki beserta contoh-contohnya. Sebelum menilik betapa jauh mereka dari pertunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada baiknya menengok landasan mereka dalam masalah ini guna mengetahui awal kesalahan mereka dalam masalah ini.

DALIH KAUM SUFI UNTUK MEMBENARKAN MODEL DZIKIR TERSEBUT

Semua golongan menyimpang mempunyai dalih yang mereka klaim membenarkan apa yang mereka yakini. Dalih merka dapat berujud hadist palsu, pemaksaan ayat maupun hadist shahih. Inilah yang menjadi permasalahan sebenarnya. Dalil-dalil yang shahih mutawatir ditarik-tarik untuk mendukung dan mengakomodasi apa yng telah menjadi ketentuan sebuah golongan. Mereka mensahkan dan menetapkan dzikir dengan kata Allah lebih afdhal dengan dasar firman Allah swt :
 
ﻗﻝ ﺍﷲ ﺜﻡ ﺫ ﺭﻫﻡ ﻓﻰ ﺨﻭﻀﻬﻡ ﻴﻠﻌﺒﻭﻥ

Artinya : Katakanlah “Allah-lah (yang menurunkannya)”,kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-quran kepada mereka), biarkanlah merekabermain-main dalam kesesatannya..(QS Al-an’am/6:91)

Mereka berpegangan pada ayat tersebut dimana Allah swt memerintahkan untuk mengatakanAllah (saja) dalam berdzikir. Sesungguhnya Allah swt memerintahkan berdzikir untuk menyebut namanya dengan nama Allah(saja), tanpa mentagyid dengan perintah lain melebihi lafaz ini. Sebab dzikir ini merupakandzikir orang-orang khusus dari kalangan hamba-Nya yang menjadi lantarandunia tetap terpelihara (Adh-Dhiya Al-Mustabin, Muhammad Fadhil Al-Habib hlm.155)3

Selain itu, menurut mereka terdapat riwayat bahwa Nabi sallahu’alaihi wassallam mentalqin Ali bin Abi Thalib ra. Untuk mengatakan,”Allah,Allah,Allah”, NAbi Sallahu’alaihi Wassalam mengulangi tiga kali. Kemudian memerintahkan Ali untuk melakukannnya, Ali Ra. Pun mengulang-ulang tiga kali. 

ULAMA AHLU SUNNAH MENJAWAB

Ulama Ahlu sunnah telah menguliti model dzikir yang dianggap terbaik dari yang ada ini. Alasan yang utama, Rasullah Muhammad sallahua’laihi wassalam sebagian insane yang paling berwenangmenjelaskansyariat dari Allah swt. Tidak pernah sama sekali menetapkan dzikir model demikian, apalagisampai menyebutnya dengan predikat dzikir paling utama?!. Dan kenyataannya tidak ada satu dalilpun pada dalil-dalil syar’I yang menunjukkan anjuran tentang itu. Dan lagi, juga tidak ada atsar dari salah seorang Salful Ummah.4

Syaihul Islam Rahimahullah telah membeberkan kelemahan dzikir tersebut dengan keterangan yang sangat panjang lebar dan menarik. Diantaranya beliau menegaskan,”Barang siapamenyangka bahwa ini (dzikir dengan membaca laa ilaa ha illallah) adalah dzikir “amah (dzikirorang-orang umum/awam) dan (berkeyakinan) dzikir khash adalah dengan menyebut –nyebut ismul mufrad (menyebut dengan lafadz Allah, Allah, Allah..) dan dzikir khashssatil khassah adalah dengan mengulang-ulang kata huwa (kata ganti ketiga untuk Allah yang artinya Dia),ia adalah orang sesat dan terjerumus dalam kesalahan”.

Dzikir tersebut ditinjau dari sisi tata bahasa Arab saja sudah salah, karena bukan merupakan jumlah mufidah 5. Penyebutan satu isim mufrad (nama sesuatu) saja , baik dengan penyebutan nama itu atau menggunakan kata gantinya (dia, ia) bukanlah kalimat sempurna juga bukan Jumlah Mufidah. Ketika orang mengulang-ulang nama Allah, Allah, Allah, sekian banyak kali, pengulangan ini tidak mendatangkan sebuah pemahaman apapun. Disamping itu , satu nama yang diucap berulang-ulang tidak berpengauh pada keimanan , kekufuran dan hidayah, karena belum tuntas memberikan keterangan apapun.

Oleh karena itu , ahli bahasa dari seluruh jenis bahasa yang ada sepakat bahwa tidak tepat orang mengucapkan satu nama dan setelah itu berhenti dan diam. Sebab, nama yang ia sebutkan itu tidak lazim disebut perkataan yang sempurna. Bahkan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan, “seandainya seorang mengulang-ulang nama Allah sejuta kali , itu tidak membuatnya beriman , juga tidak berhak memperoleh pahala dari Allah dan surga-Nya..”6

Adapun Istidlal mereka dengan ayat untuk menguatkan pendapat mereka , dikatakan oleh syaikhul Islam Rahimahullah sebagai keslahan yang tampak jelas. Sementara Syaikh Al-Fauzan Hafizhahullah dalam Haqiqatul Tashawwuf menilainya sebagai bentuk istidlal (pengambilan dalil) yang termasuk Tahriifil Kalim (penyimpangan perkataan/dalil) dari tempat semestinya. Seandainya mereka merenungi lebih jauh Firman Allah swt. Sebelumnya akan jelas maksudnya. Ayat mereka jadikan pegangan merupakan jawaban permulaan ayat. Sebab di awal ayat surah Al-anam ayat 91 berfirman artinya:

“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan semestinya dikala mereka berkata :”Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia “. Katakanlah :”Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan (sebaginya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)”.

Jadi maksudnya katakanlah Allah lah yang menurunkan kitab yang dibawa oleh Musa. Dengan ini, maka istidlal mereka dengan ayat menjadi gugur. Sementara hadist yang mereka sampaikan berderajat maudhu’ (palsu) berdasarkan kesepakatan ulama, sebagaimana dikatakan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam fatawanya. Dengan ini , berarti dzikir dengan isim mufrad atau isim dhamir tidak memiliki dasar sama sekali dalam syariat Islam.

DZIKIR PALING AFDHAL DALAM HADIST RASULLAH MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk NAbi Shallallahu Alaihi Wa Sallam dalam urusan dzikir, beliau telah menyampaikan dzikir-dzikir terbaik yang sangat jelas muatan Tauhidnya. Bahkan dalam beberapa riwayat hadist, beliau sendiri yang menyatakan dzikir-dzikir tertentu merupakan dzikir paling utama dan afdhal. Diantaranya, NAbi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :

أ ﻓﻀﻝ ﺍﻠﺫﻜﺭﻻ ﺇﻟﻪﺇﻻ ﺍﷲ ﻭأﻓﻀﻝ ﺍﻠﺩﻋﺎﺀ ﺃﻠﺤﻤﺩﺍﷲ

“Sebaik-baik dzikir adalah (membaca) La ilaha illallah. Dan sebaik-baik doa yaitu Alhamdulillah (HR. Bukhari No. 99).

Inilah dzikir terbaik yang diucapkan seorang Muslim. Ini juga yang beliau minta kepada pamannya, Abu Thalib untuk mengatakannya dalam sakit yang membawanya kepada kematian. Terdiri dari kalimat yang ringan, namun maknanya sangat agung dan kedudukannya sangat tinggi.

La Ilaha Illallah sudah merupakan kalimat sempurna, bila dikatakan maka tidak menyisakan tanda Tanya pada pendengar. Masih banyak contoh dzikir dari Nabi yang penuh dengan keutamaan dan seluruhnya merupakan bentuk kalimat sempurna. Tidak seperti dzikir Sufi diatas, masih menyisakan kebingungan bagi orang-orang yang mendengarnya. Coba anda bayangkan, bila anda menyaksikan seseorang menyebut-nyebut suatu nama misalnya Ahmad dengan berulang-ulang, apa yang anda simpulkan dari drinya ?. atau bila ia menyebut kata dia, dia, dia, seratus kali, apa pendapat anda tentang orang tersebut ??.

PENUTUP

Sungguh model dzikir yang mereka tekuni yang tidak ada asalnya dalam syari’at dengan meninggalkan petunjuk NAbi Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan dzikir-dzikir yang syar’i menimbulkan pertanyaan mengenai motivasi sebenarnya yang mendorong mereka berbuat demikian ?. Kenapa mereka berdzikir dengan wirid yang tidak pernah diturunkan oleh Allah Azza Wa Jalla, mereka meski demikian mereka sangat mengagungkan dan komitmen dengan-Nya, bahkan mengecilkan arti dzikir yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam ?. Semoga Allah Azza Wa Jalla memberikan petunjuk kepada kita sekalian untuk memahami dan mengamalkan petunjuk Nabi Muhammad dalam setiap segi kehidupan.

Wallahu’alam

Sumber : Majalah Assunnah Edisi 12/THN.XIII/Rabiul awwal 1431H/Maret 2010M

Keterangan :

1Atau mengulang-ulang nama Allah Azza Wa Jalla yanglain

2Syaikh Abdur Razzaq Al-‘Abbad yang menyampaikan bahwa sebagian mereka (kaum sufi) mengatakan La Ilaaha Illallah adalah dzikir bagi kaum Mukminin. Sedangkan dzikir Allah, Allah, bagi kaum ‘Arifin. Dan terakhir, dengan isim dhamir huwa bagi kaum muhaqqiqin.(Fathul Ad’iyah wal Adzkar 1/196)

3Nukilan dari Kitab Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani wa Arauhul I’tiqadiyyah was Shufiyyah, DR. Said Bin Musfir Al-Qahtani Cet. 1 Th.1418/1997 hlm.665

4Lihat Fiqhul Ad’iyah wal Adzkar 1/197-198

5Kalimat paling sederhana yang dapat memberikan berita yang dapat dipahami tanpa menyisakan tanda Tanya pada pendengar. 

6Perkataan Ibnu Taimiyyah Rahimahullah terdapat dal Fatawa 10/556-565

Related Posts by Categories



Dapatkan artikel terbaru dengan memasukkan alamat email, anda akan menerima kiriman artikel langsung ke inbox: :

Delivered by FeedBurner

3 komentar

  1. Unknown // 13 Juli 2015 pukul 06.14  

    dzikir Afdlol adalah Kalimat Laa Ilaaha illallooh sampai mengira dan hanya menyangka adanya Allooh yg haq wujud..
    Kalimat Allooh itu mersuk hati sampai ke NURaninya...
    menciptakn berbagai gelombang sehingga dirinya lali terhadap yg lain kecuali Allooh..

    jangan mengira ngira atau menyalahkan yg lain kalo salahnya sendiri belum dikira...

    walloohu a'lam

  2. Unknown // 26 Desember 2015 pukul 15.38  

    Klo blum tau konsep kbnaran.jgn mnyalahkn pihak lain.dzikir waliyyulloh hnya Alloh yg menilainya

  3. Unknown // 26 Desember 2015 pukul 15.40  

    Klo blum tau konsep kbnaran.jgn mnyalahkn pihak lain.dzikir waliyyulloh hnya Alloh yg menilainya

Posting Komentar